9.9.12

Lanskap Budaya Subak di Bali ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO

Subak mencerminkan keharmonisan alam dengan manusia, manusia dengan manusia, dan manusia dengan penciptanya.

 

sawah,bali,subakSawah di Bali ( I Gede Bradeswara/Fotokita.net)
Menunggu 12 tahun, akhirnya lanskap budaya subak di Bali ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia pada sidang Komite Warisan Dunia ke-36 Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO) di Saint Petersburg, Rusia, Jumat (29/6).
Penetapan itu merefleksikan pengakuan dunia terhadap nilai luar biasa dan universal subak sehingga dunia ikut melindunginya. Itu sekaligus pengakuan subak sebagai budaya asli Indonesia.
Chairperson komite Warisan Dunia (WHC) sekaligus Permanent Delegate Rusia Federation UNESCO Eleonora Valentinovna Mitrofanova, Jumat (29/6), mengetuk palu sidang tanda sahnya subak masuk daftar warisan dunia setelah pemaparan rekomendasi dari International Council on Monuments and Sites (Icomos) yang dibacakan Susan Deyner.
Deyner mengatakan, subak sebagai sebuah kesatuan lanskap, nilai budaya, organisasi masyarakat, dan sistem kepercayaan unik. Tak ada tempat lain di Asia Tenggara. Subak dimiliki dan dirawat masyakarat Bali sejak abad ke-11 hingga kini.
"Itu membuktikan bagaimana subak menjadi bagian penting masyarakat dan mampu memberikan kesejahteraan," ujarnya dari Saint Petersburg, Jumat kemarin.
Secara khusus, Icomos mengingatkan, sejumlah masalah mengancam subak. Hal itu di antaranya penggunaan pupuk yang menurunkan kualitas air, berkurangnya luasan hutan sebagai penyimpan air, tekanan pariwisata, dan dijualnya tanah persawahan karena keperluan pariwisata.
Pada sambutannya, delegasi Indonesia sekaligus Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryantie, menyatakan bangga subak menjadi bagian dari budaya dunia dan akan mengikuti ketentuan UNESCO.


"Subak sangat vital bagi masyarakat Bali dan menjadi dari sedikit sistem budaya kuno yang terjaga," ujarnya.
Tantangan
Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Etty Indirati mengatakan, menjaga subak tidak mudah karena berarti menjaga sistem organisasi masyarakat subak, nilai budaya, tata guna lahan, kualitas air, dan debit air sebagai satu kesatuan.
"Ini tantangan. Kita harus menjaga subak dari hulu ke hilir serta lingkungan sekitarnya," ujarnya.
Pada sidang itu, sejumlah negara seperti Malaysia, India, Swiss, Meksiko, Kamboja, Jerman, dan Jepang, menyatakan dukungannya terhadap diusulkannya subak sebagai contoh budaya yang sekaligus mencerminkan kearifan komunitas dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Subak diusulkan sebgai Warisan Dunia tahun 2000. Lima titik lanskap subak yang diusulkan sebagai warisan dunia adalah Pura Subak Danau Batur, Danau Batur, Subak Pakerisan, Subak Catur Angga Batukaru, dan Pura Taman Ayun.
Rombongan pemerintah daerah Bali dari Badung dan Gianyar, yang hadir pada sidang itu dengan mengenakan baju tradisional Bali, berdiri begitu mendengar penetapan subak sebagai warisan dunia.
Subak dinominasian dengan tajuk "Budaya Subak Bali" inspired by the Balinese philosophy of Tri Hita Karana.
Subak tak hanya tecermin dari subur, indah, dan hijaunya lanskap persawahan, tetapi terkait erat dengan budaya dan sistem kepercayaan masyarakat. Hal itu terlihat dari organisasi komunitas dalam mengurus pengairan dan pura persembahyangan di lanskap subak.
Subak mencerminkan keharmonisan alam dengan manusia, manusia dengan manusia, dan manusia dengan penciptanya melalui filosofi Tri Hita Karana.
(Zika Zakiya. Sumber: Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar